Sebenarnya, lebih enak kalo dimakan sama Ikan.

Selasa, 15 Mei 2012

Belajar Dari Belanda, Bersepeda Ternyata Dapat Membentuk Karakter

Menelisik permasalahan sosial di Indonesia memang seakan tak ada habisnya. Mulai dari kemiskinan yang merajai negeri hingga korupsi yang kian memiskinkan negeri. Dari sekian banyak permasalahan sosial tersebut, kemacetan menjadi salah satu permasalahan yang begitu banyak menyita perhatian.


Penduduk ibukota mungkin sudah tak asing lagi dengan kemacetan. Hal yang begitu akrab dengan panas, keringat, lepek, dan tentunya kota besar, terutama jakarta. Kemacetan seolah begitu lekat dengan jakarta sebagai ibukota negara, yang memang tak dapat dipungkiri lagi telah penuh dan sesak oleh lautan kendaraan. Ironi memang, disaat kendaraan terus bertambah fasilitas yang dibutuhkan malah berkurang karena rusak.


Ketika Kemacetan telah membuat orang – orang merasa frustasi, muncullah berbagai solusi untuk mengatasinya. Banyak orang yang melayangkan solusi, tetapi sedikti yang kemudian tersampaikan bahkan tak jarang diabaikan. Mereka yang menawarkan solusi adalah mereka peduli akan kondisi lalu lintas ibukota. Tetapi, banyak dari mereka yang hanya menawarkan solusi tanpa dibarengi aksi. Sedikit dari mereka yang kemudian banyak berkata melalui aksi.


Salah satu aksi yang berkata banyak adalah gerakan “Bike to Work”. Aksi ini terbukti efektif dalam mengatasi kemacetan yang sering menjadi alasan untuk terlambat. Setelah gerakan ini berjalan, bermunculanlah gerakan – gerakan serupa yang mengusung jargon “Go Green”. Sehingga, hingga hari ini bersepeda masih menjadi tren solusi dalam bentuk aksi untuk mengatasai kemacetan.


Berbicara mengenai sepeda, perhatian kita langsung tertuju pada negeri kincir angin, Belanda. Negara dengan jumlah sepeda dua kali lipat dari jumlah penduduknya ini memang telah lama menjadikan bersepeda sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Mereka sadar akan dampak positif yang dapat mereka peroleh dari bersepeda. Selain menyehatkan, dengan bersepeda lingkungan juga menjadi lebih bersih dan rapi. Sehingga, tak aneh jika kemudian “Mercer Quality of Living Survey 2011” menobatkan Belanda sebagai negara dengan kualitas hidup terbaik ke – 12 di dunia. Tentunya setelah melalui berbagai indikator yang ada. Salah satu aspek yang menjadi indikator dalam penilaian adalah “Pelayanan Publik dan Transportasi”. Indikator ini mencakup ketersediaan listrik, air, transportasi umum, dan kepadatan lalu lintas.


Belajar dari Belanda, seharusnya Indonesia juga bisa. Perlu diketahui bahwa bersepeda tak serta merta menjadi bagian dari gaya hidup orang Belanda seperti yang kita lihat sekarang. Mereka juga melalui proses yang panjang, proses yang memakan waktu tidak sebentar. Sejak pertama diinisiasi pada tahun 1970-an, Belanda telah melewati waktu kurang lebih 35 tahun untuk dapat menjadikan bersepeda bagian dari gaya hidup mereka. Namun, mereka tak berhenti disini, mereka terus menerus berinovasi untuk dapat membuat bersepeda lebih nyaman lagi. Seperti yang terbaru, pemerintah Belanda mulai menyediakan parkir khusus untuk sepeda. Ini semua dilakukan tentunya untuk menambah kenyamanan penduduknya dalam bersepeda.


Belanda tak hanya menjadikan bersepeda sebagai gaya hidup, tetapi juga secara tidak lansung sebagai sarana pembentukan karakter. Dengan bersepeda orang – orang semakin disiplin dan pintar memanajemen waktu. Mereka terbiasa mempersiapkan segala sesuatu sebelum waktunya, karena mereka tahu dengan bersepeda ada waktu yang harus mereka tempuh. Oleh karenanya, mereka selalu berangkat ke kantor dan ke sekolah lebih awal.


Bisa dibayangkan bukan, jika bangsa ini mempunyai disiplin yang tinggi. Tentu permasalah – permasalah sosial yang kini banyak terjadi tidak akan pernah ada. Be Dicsiplin It Means Be Positive.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Any Questions ?

About Us

Recent

Random